Pages

 

Sabtu, 11 Agustus 2012

Indonesia 67 tahun (setengah) Merdeka

0 komentar

Beberapa hari lagi kita akan memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan negeri ini. Tahun ini negara kita genap berusia 67 tahun. Setengah abad lebih negeri ini secara yuridis konstitusional lahir sebagai negera bebas merdeka dari kekuasaan bangsa lain.

‘Merdeka atau mati!’ Itulah pekik merdeka dari bapak proklamator taki, Bung Karno. Hanya ada dua pilihan bagi bangsa ini pada waktu jaman perjuangan merebut kemerdekaan dulu. Meraih kemerdekan sebagai bangsa yang berdaulat atau mati dari pada dijajah bangsa lain.

Tidak ada kata setengah-setengah yang terkandung dalam pekik pengobar semangat itu. Negara yang dibentuk bukanlah Indonesia ini yang setengah merdeka. Setengah merdeka artinya secara yuridis formal berdaulat namun di sisi lain sebenarnya masih terjajah.

Marilah kita melihat kenyataan setelah 67 tahun kemerdekaan dikumandangkan. Apakah negeri ini benar-benar sudah merdeka?

Ketika negeri ini baru saja diproklamirkan dan dipimpin oleh Bung Karno sang proklamator sendiri, negeri ini dikenal bernyali besar. Ogah disetir oleh negara-negara lain yang sering juluki adi kuasa. Adi kuasa artinya punya kekuasaan lebih besar dari bangsa lain dan sering ngakali bangsa-bangsa yang masih lemah terutama negara-negara berkembang di Asia dan Afrika.

Kepada Paman Sam yang bisa mengirim rudal balistik ke sini dengan hanya memencet tombol pun Bung Karno bilang ‘go to hell!’ Kepada pihak lain yang mencoba mengganggu keutuhan teritorial negeri ini Bung Karno unjuk taring, menantang perang.

Namun demikian toh secara sosial ekonomi rakyat masih berselimutkan kemiskinan. Stabilitas nasional memprihatinkan, inflasi sangat tinggi, rakyat susah makan. Merdeka baru sebatas pada pernyataan mempunyai kedaulatan untuk mengatur sendiri negeri yang diakui bangsa lain. Negara baru setengah merdeka, belum benar-benar merdeka.

Selama pemerintahan Order Baru yang konon merupakan orde koreksi dari orde sebelumnya, negeri ini pun belum mampu merdeka sepenuhnya. Negeri ini masih saja ada dalam penjajahan. Negeri masih tergantung pada hutang. Tentu bukan hutang pada Bang Toyib, tapi hutang duit ke Bank Dunia dan ‘bang’ IMF, rentenir internasional.

Rakyat kecil tak tahu dari mana negara ngutang, yang mereka tahu hanyalah negeri ini stabil, aman dan dapat menyediakan barang kebutuhan bagi sebagian rakyatnya. Negara manca memberi penghargaan karena negeri ini mampu berswa-sembada pangan dan bahkan mengekspor sebagian bahan pangan ke luar negeri.

Reformasi selanjutnya menggantikan pemerintahan Orde Baru. Beberapa pemimpin negara selama orde transisi juga belum bisa membawa negeri ini benar-benar merdeka. Karena banyak orang yang sok tahu bagaimana memimpin negeri ini, negara malah menjadi korban yang terombang-ambing. Tujuan dan arah pembangunan tidak jelas lagi. Banyak orang berteori tapi tak pernah memberi solusi. Para pemimpin hanya memikirkan kekuasaan, golongannya dan memperkaya diri.

Reformasi yang katanya sebuah koreksi nyatanya justru menjadi ‘repotsasi’ , merepotkan! Negeri ini tetap saja masih setengah merdeka. Secara ekonomi kita dijajah bangsa lain. Mudah untuk melihatnya, mulai dari kedai di pelosok desa sampai ke mall di kota kita kebanjiran barang impor. Harga-harga mahal dan rakyat miskin menurun hanya dalam rekayasa.

Kalau dipikir-pikir, keadaan negeri ini tidak lebih baik dari sebelumnya. Bukan saja masih tetap setengah merdeka tapi malahan seakan-akan sudah setengah mati. Semoga tidak mati beneran!

Baik atau buruk, ini tetap negeri kita. Mari kita bertanya, apa yang dapat kita berikan kepada negeri ini.

Selamat ulang tahun, negeriku!


Sumber : http://sejarah.kompasiana.com/2012/08/05/67-tahun-indonesia-setengah-merdeka/

0 komentar:

Posting Komentar